Pages

Diberdayakan oleh Blogger.
Tampilkan postingan dengan label Sahabat Bekantan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sahabat Bekantan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 Maret 2017

Amalia Rezeki: Save Proboscis Monkeys, Save Everything!

In Borneo, the island with the oldest rain forests nicknamed the lungs of the world - endangered proboscis monkeys have just found their voice in a local, female ambassador. Gorillas had Dian Fossey, orangutans have Birute Galdikas, chimpanzees have Jane Goodall, and the forth largest primates, the proboscis monkeys, have Amalia Rezeki. 

The spokesperson for Sahabat Bekantan Indonesia (SBI), the largest proboscis rehabilitation centre in the world, Amalia is fanatic in her efforts to reshape any false perceptions of the long-nosed monkey - through socialization and weekly appearances in the media. The proboscis monkey has now been made the mascot of her home city of Banjarmasin. Marking the end of the fanatic conservatism of the past, the city's only statue, glowing indigo by night, is a seven meter tall proboscis monkey that spits water into a river.

Amalia spends her days penetrating the shielded public sphere to leave a loaded message of the animals' importance behind in simple, every day language – barbed to be remembered. Quick to kill these great primates like pests, farmers should know that proboscis monkeys have almost no defences, are very timid, endangered, and easy to frighten off. They are also often burnt alive or orphaned in the slashing and burning of Borneo's 140-million-year-old forests for the sewing of cash crops - such as palm oil plantations. Often landowners would rather burn the evidence of endangered species, such as the proboscis monkey or the orangutan, rather than evacuate them.

SBI's campaigns are creative in combating rumours - that eating the monkey's meat will improve stamina, for example. There is also a small population believing a myth that especially evil Dutch colonialists were long ago transformed into proboscis monkeys (note that colonialists wore beige and had long noses, too) – and this kind of slander does not help their plight. It is clear that human ignorance, fantasy, coupled with the primates' own gentle nature, threatens the existence of these handsomely nautical herbivores.

Through the media, SBI's message had already reached the boardwalk community of Teluk Medung when the community discovered tens of proboscis monkeys living on the banks of their riverside settlement. When they contacted SBI for help, Amalia arrived to oversee the animals' relocation to the conservation island of Bakut. In Borneo's economy, to do the right thing - instead of following the usual profit motive – is a deed that should be rewarded. As such, Amalia often brings foreign volunteers from the wildlife rescue centre to spend time with the kids here in the village of Teluk Mendung. The children have met, sung with, been taught by, and received presents from French, German, and Canadian people - all as a result of their conscious decision to draw the line, and stand for the animals.

On the banks of the Barito River these kids await new visitors, ready with a repertoire of songs that Amalia herself has taught them. The time she has invested here is proof that she does not get ahead of herself, but sticks to a ground up approach – albeit under the ambitious slogan:
"Save the proboscis! Save everything!". - David Arthur


Selasa, 04 Maret 2014

Sahabat Bekantan Sambangi BPost

Biodiversitas Indonesia - Sekitar pukul 11.00 Wita delapan perwakilan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) menyambangi Kantor Banjarmasin Post di Jl. AS Musafa, Selasa (4/4/14). Rombongan yang dipimpin langsung oleh Amalia Rezeki, Ketua Biodiversitas Indonesia ditemani oleh Ambar Pertiwi (duta bekantan) dan Zainuddin (duta konservasi) di terima langsung oleh pimpinan umum Harian Banjarmasin Post, H. Pangeran Rusdy Effendi. AR.
 
Audiensi Sahabat Bekantan ke Banjarmasin Post

Dalam kesempatan Audiensi tersebut Amalia Rezeki, Ketua Biodiversitas Indonesia menyampaikan rasa terimakasihnya secara khusus kepada H. Pangeran Rusdy Effendi. AR yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menerima rombongan Sahabat Bekantan Indonesia. Secara lebih spesifik Amalia menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan mereka selain menjalin silaturahim juga untuk meminta dukungan untuk setiap kegiatan Komunitas Sahabat Bekantan dalam upaya memperjuangkan kelestarian serta mengangkat citra "Si Maskot" Kalimantan Selatan.
Sahabat Bekantan Indonesia
Ambar Pertiwi menyerahkan cinderamata untuk Bpost
H. Pangeran Rusdy Effendy AR mengapresiasi positif kedatangan rombongan dan berjanji akan mendukung penuh kegiatan Sahabat Bekantan dalam mensosialisasikan kelestarian Bekantan, apalagi selama ini BPost memang memiliki misi serupa yaitu mengenalkan "Si Pemalu" melalui media. Beliau juga berharap semoga dengan adanya upaya seperti yang dilakukan oleh Komunitas Sahabat Bekantan ini, pemerintah daerah bisa lebih peduli terhadap keberadaan Bekantan yang merupakan hewan endemik ikon provinsi ini.
Biodiversitas Indonesia
Penyerahan Kenang-kenangan dari Bpost
Pertemuan yang berlangsung sekitar 30 menit tersebut di akhiri dengan penyerahan cinderamata atau kenang-kenangan oleh kedua belah pihak. Cinderamata dari SBI di serahkan oleh Ambar Pertiwi (Duta Bekantan) kepada H. Pangeran Rusdy Effendi AR, sedangkan kenang-kenangan dari Bpost di terima oleh Amalia Rezeki (Ketua Biodiversitas Indonesia).


Sabtu, 08 Februari 2014

Kampung Bekantan di Tapin

Bekantan (Nasalis larvatus)
Kabar baik bagi upaya perlindungan dan pelestarian satwa endemik Bekantan. Untuk "mengamankan" sekitar 358 ekor bekantan di kecamatan Tapin Tengah, Bupati Kabupaten Tapin Provinsi Kalimantan Selatan HM Arifin Arpan menyediakan sekitar 90 Ha areal hutan yang di jadikan "Kampung Bekantan". 

Kampung Bekantan ini merupakan suatu wadah atau areal untuk perlindungan habitat "Si Pemalu" dari ancaman kepunahan. Dengan adanya Kampung Bekantan di harapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk turut menjaga hewan di lindungi ini.

Di tambahkan oleh HM Arifin Arpan, dalam waktu dekat pihaknya akan membangun dermaga dan menara pantau di lokasi habitat Bekantan tersebut serta menerbitkan peraturan bupati tentang pengamanan  habitat Bekantan itu dari pihak-pihak yang mencoba melakukan kegiatan alih fungsi.

Perhatian dan kepedulian terhadap Bekantan fauna maskot provinsi Kalimantan Selatan ini memang menunjukan indikasi yang semakin membaik, salah satunya berkat upaya Sahabat Bekantan yang gencar melakukan berbagai kegiatan baik berupa Sosialiasi, observasi maupun publikasi di media cetak dan online.

Tentunya masyarakat Kalsel berharap, kedepan satwa unik dan langka ini tidak hanya tinggal cerita. Terlebih sebuah penelitian mengungkapkan jika tidak ada upaya serius untuk menyelamatkannya diperkirakan hewan ini akan punah 14 tahun lagi (teks mj/foto Ichwan Hakeem).

Jumat, 07 Februari 2014

Komunitas Sahabat Bekantan

Kampanye Sahabat Bekantan pada peringatan Hari Primata Nasional
Minimnya perhatian terhadap hewan Bekantan menggugah hati sejumlah remaja untuk ikut mengembangkan sekaligus menjaga hewan endemik khas banua itu dari kepunahan.

Oleh sebab itulah remaja yang tergabung dalam Sahabat Bekantan itu membentuk komunitas.
Sahabat Bekantan adalah merupakan komunitas pecinta Bekantan Indonesia yang didirikan oleh pusat studi dan konservasi keanekaragaman hayati Indonesia.

Ketua Sahabat Bekantan, Agustina Ambar Pertiwi, mengatakan komunitas ini dibentuk pada November 2013 lalu dalam rangka membantu pemerintah terhadap perlindungan Bekantan di Kalimantan Selatan.
"Lalu Biodiversitas Indonesia Kalsel membuat program Sahabat Bekantan  dengan misi Save Our Mascot," tandas Alumni Unlam Jurusan Pendidikan Biologi ini.
Program ini bertujuan melakukan sosialisasi untuk perlindungan dan pelestarian Bekantan, Pencegahan dan menghentikan perburuan liar serta perdagangan Bekantan dan kegiatan konservasi yang difokuskan di Pulau Bakut, Barito Kuala.

Selain itu, kata dia, komunitas ini berguna mensosialisasikan sekaligus memperjuangkan kelestarian "Si Pemalu" yang kini populasinya semakin menurun.
Kehadiran Sahabat Bekantan tentunya sangat diharapkan untuk membantu upaya pelestarian hewan yang telah ditetapkan sebagai maskot banua.
"Dengan jumlah anggota yang mencapai 50 orang, kami yakin kami bisa," sebut Ambar.

sumber :
http://banjarmasin.tribunnews.com/2014/02/07/sahabat-bekantan-yakin-bisa-lestarikan-maskot-kalsel-ini

Minggu, 02 Februari 2014

Perjalanan Tim Biodiversitas Indonesia Menjumpai Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)

Biodiversitas Indonesia- Menyusuri sungai di antara rimbun semak serta teduhnya daun pepohonan di pedalaman Kalimantan Tengah menjadi pengalaman unik yang tak terlupakan  bagi Tim Biodiversitas Indonesia bersama Sahabat Bekantan. Apalagi  bisa bertemu, melihat dan mengamati aktivitas Orangutan dari jarak hanya beberapa meter rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. 
Pusat Rehabilitasi dan Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng

Menyusuri sungai atau menembus lebatnya rimba hutan Kalimantan memang bukan pertama kalinya bagi Tim Biodiversitas Indonesia, tapi yang berbeda kali ini ada misi khusus yaitu berjumpa dan mengenal lebih dekat Orangutan Kalimantan ( Pongo pygmaeus) salah satu dari dua sub-spesies orang utan yang ada di Indonesia, selain kerabatnya yaitu Orangutan Sumatera (Pongo abelli) yang ada di Pulau Sumatera. 
Tim Biodiversitas Indonesia
Tim Biodiversitas Indonesia dan Sahabat Bekantan
 Bersama pihak BOS Nyaru Menteng dan Wildlife Photograper Palangkaraya
Berangkat dari Banjarmasin, Tim Biodiversitas Indonesia memilih transportasi darat menggunakan mobil menuju Kota Palangkaraya. Banjarmasin-Palangkaraya berjarak sekitar 192 Km dengan lama waktu tempuh berkisar antara 4,5-5 jam. Tujuan Tim adalah Pusat Rehabilitasi dan Reintroduksi Orangutan Yayasan Borneo Orangutan Survival di Nyaru Menteng yang berjarak kurang lebih 28 km dari Pusat Kota Palangkaraya. 

Tiba di Palangkaraya, Tim tidak lantas langsung meluncur ke BOS Nyaru Menteng melainkan menuju kantor BKSDA untuk mengurus beberapa surat izin masuk kawasan konservasi (SIMAKSI). Berkat bantuan bang Ugi dari Komunitas Wild Life Fotografi, Tim sangat terbantu dalam pengurusan surat menyurat ini.  Hari menjelang sore, Kami bergerak menuju tempat peristirahatan untuk beristirahat melepas penat dan lelah selama perjalanan. 
Pengurusan SIMAKSI di BKSDA Kalimantan Tengah


Malam yang gelap dan dingin akhirnya berlalu, perlahan cahaya redup mulai menyeruak di ufuk timur pertanda matahari akan segera muncul, Tim segera berkemas untuk melanjutkan perjalanan. Meski waktu baru menunjukan pukul 07.00 WIB tetapi Tim sudah tiba di lokasi, maklum jarak lokasi dari tempat menginap hanya sekitar 25 km. Karena masih terlalu pagi Kami harus menunggu perwakilan pihak BOS Nyaru Menteng untuk menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan Tim Biodiversitas sekaligus menyerahkan SIMAKSI.

Di luar dugaan ternyata Kami harus menunggu cukup lama untuk bertemu perwakilan pihak BOS yang akhirnya setelah hampir pukul 09.00 WIB baru menerima Kami. Koordinator Tim, Zainuddin didamping rekan-rekan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan Kami. Sekali lagi, Kami harus menelan kekecewaan ternyata untuk bisa bertemu dan melihat aktifitas Orangutan dari dekat di Pusat Rehabilitasi dan Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng terkesan sangat ribet dan berbelit-belit. Dengan berbagai alasan yang di kemukakan oleh Monterado Fridman Koordinator Komunikasi dan Edukasi Nyaru Menteng pada intinya menjadi sesuatu yang hampir mustahil bagi masyarakat awam bisa berada di posisi yang cukup dekat dengan Orang-orang utan di sini. Namun bagi para donatur atau pengadopsi yang umumnya warga negara asing justru sebaliknya.

Bagi Tim Biodiversitas Indonesia dan Sahabat Bekantan, sebenarnya melihat dan berjumpa Orangutan di Pusat Rehabilitasi dan Reintroduksi Nyaru Menteng bukanlah prioritas, karena sebenaranya yang menjadi tujuan utamnya adalah melihat aktifitas mereka di alam liar atau hutan. Kamipun tidak ingin berlama-lama "ngobrol" di Ruang Informasi dan Edukasi yang notabene sebagian besar informasi mengenai Orangutan dan Yayasan BOS tersebut bisa dengan mudah didapat di berbagai sumber di internet.

Untuk diketahui, selama proses Rehabilitasi dan Reintroduksi setiap individu Orangutan akan menjalani beberapa tahapan yaitu Karantina, Sosialisasi dan Release yang lamanya bahkan bisa mencapai 6-8 tahun. Nah, di antara tahap tersebut ada namanya tahap Pra release atau pra pelepasan di mana Orangutan yang sudah hampir siap dilepas liarkan akan ditempatkan di Hutan Singgah, sebuah kawasan hutan yang memang memiliki keanekaragaman hayati mendekati habitat aslinya. Tujuannya adalah untuk melatih dan memunculkan insting liar si Orangutan sehingga benar-benar siap di lepas-liarkan.

Hutan singgah ada di beberapa tempat yang jaraknya tidak jauh dari lokasi Pusat Rehabilitasi dan Reintroduksi Orangutan. Lokasi tersebutlah yang rencananya akan dituju oleh Tim untuk melihat dan mengamati perilaku dan tingkah polah Orangutan semi liar di habitat hutan singgah.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 11.00 WIB, terik matahari semakin menyengat Tim meluncur menuju salah satu dermaga terdekat dengan hutan singgah. Setelah bernegosiasi dengan masyarakat pemilik perahu motor yang memang kerap di sewa untuk tujuan serupa akhirnya Kami berangkat ke lokasi.
Persiapan Tim menuju Lokasi Habitat Orangutan

Menyusuri Sungai menuju Habitat Orangutan Kalimantan Tengah
Suasana Habitat Orangutan


Aktivitas Orangutan di alam


Meski terik matahari terasa membakar kulit, Tim tampak tak kehilangan semangatnya. Perahu motor terus melaju menyusuri sungai. Sarang-sarang Orangutan di pepohonan  menandakan bahwa disini memang habitat mereka. Tiba-tiba pandangan semua mata tertuju pada titik yang tunjuk oleh salah satu anggota Tim Biodiversitas Indonesia dan Sahabat Bekantan, "Orangutan," ucap Wandi, sembari menunjuk pada satu individu Orangutan yang tampak sedang berendam di tepian sungai. Panas matahari yang menyengat rupanya membuat Orangutan ini memutuskan berendam.
Orangutan

Setelah mengabadikan moment tersebut, perahu motor kembali bergerak. Tak jauh berselang, Kami kembali memusatkan perhatian pada beberapa Orangutan di salah satu pohon. Salah satu Orangutan tersebut tampak bergelantungan sedangkan yang lain hanya berpegangan pada salah satu dahan tampak bernaung dari terik matahari. Berada di atas Perahu motor yang relatif kecil dan mudah goyang akibat ombak arus sungai yang cukup deras membuat Tim kesulitan mengambil gambar, meski menggunakan kamera tele. Menurut juru kemudi, setiap perahu yang membawa pengunjung tidak diperkenankan mendekati Orangutan kurang dari jarak 15 meter apalagi menambatkan perahu di tepian sungai.

Sepertinya hari itu memang menjadi salah satu hari terpanas, karenanya Koordinator Tim akhirnya meminta juru kemudi untuk kembali. Di perjalanan pulangpun, Kami masih melihat beberapa Orangutan tampak sedang asik dengan aktifitas mereka masing-masing. Meski menurut juru kemudi Kami datang tidak waktu dan moment yang pas karena biasanya waktu terbaik mengunjungi hutan singgah adalah saat Feeding yaitu pemberian suplai makanan oleh pihak BOS Nyaru Menteng. Saat Feeding, semua Orangutan akan keluar dari dalam hutan untuk mengambil makanan berupa buah dan umbi-umbian pada pagi dan sore hari. Namun Tim merasa cukup puas bisa mendapatkan kesempatan langka bertemu dan melihat langsung aktifitas dan tingkah polah Orangutan di alam.

Selasa, 07 Januari 2014

Tim Sahabat Bekantan Pantau "Proboscis Monkey" Pulau Kaget


Sahabat Bekantan - Hari masih pagi Tim Sahabat Bekantan dipimpin oleh Zainuddin Ketua Divisi Konservasi tampak sibuk berkemas. Rupanya mereka sedang mempersiapkan segala keperluan guna pengamatan Bekantan (Nasalis larvatus) di salah satu pulau yang terletak di wilayah administratif Kabupaten Barito Kuala yaitu Pulau Kaget. 


Pagi itu (Minggu, 05/01/14), mereka bergerak dari sekretariat Biodiversitas Indonesia menggunakan transportasi darat menuju dermaga dimana sebuah kapal motor telah dipersiapkan untuk mengantarkan ke lokasi tujuan.

Tim Observasi
Observasi Tim Sahabat Bekantan di Pulau Kaget
Pengamatan Bekantan

Pulau Kaget adalah sebuah delta yang terletak di tengah-tengah sungai Barito termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Pulau Kaget terletak dekat muara sungai Barito dengan perwakilan tipe ekosistem hutan mangrove dengan berbagai jenis flora seperti rambai (Sonneratia caseolaris), nipah (Nypa fructicans), bakung (Crinum asiaticum), jeruju (Acanthus ilicifolius), dan lain-lain. Selain merupakan kawasan konservasi habitat Bekantan (Nasalis larvatus), Pulau Kageet juga menjadi habitat bagi fauna lain  seperti monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), elang laut perut putih (Heliaetus leucogaster), elang bondol (Haliastur indus), raja udang biru (Halycon chloris), dan lain-lain.
Suaka Margasatwa Pulau Bakut
Pada tahun 1999, pulau ini ditetapkan Sebagai Cagar Alam sesuai  Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor: 337/Kpts-II/1999 tanggal 24 Mei 1999. Namun sempat mengalami degradasi sehingga dilakukan rehabilitasi kawasan khususnya tanaman Rambai Padi yang menjadi sumber makanan utama Bekantan. Atas pertimbangan tersebut akhirnya Menteri Kehutanan dan Perkebunan mengeluarkan  Surat Keputusan Nomor: 772/Kpts-II/1999 tanggal 27 September 1999  yang mengubah fungi kawasan tersebut dari Cagar Alam menjadi Suaka Margasatwa.

Bekantan (Nasalis larvatus)





Usaha rehabilitasi kawasan tersebut rupanya membuahkan hasil, berdasarkan observasi Tim Sahabat Bekantan setidaknya ditemukan sekitar 6 kelompok bekantan dengan jumlah rata-rata anggota sebanyak 7-15 individu perkelompok. Hasil observasi ini tentunya sebuah kabar gembira, karena sebelum tahun 90-an Pulau Kaget sempat mengalami degradasi kawasan yaitu matinya sebagian besar pohon Rambai padi (Soneratia caseolaris) yang berimbas pada penurunan populasi Bekantan secara drastis. 

Amalia Rezki, Ketua Biodiversitas Indonesia yang juga turut serta dalam kegiatan observasi tersebut mengaku sangat senang. Untuk turut menjaga keberhasilan upaya rehabilitasi kawasan tersebut rencananya Biodiversitas Indonesia akan membentuk tim pantau khusus guna mengikuti perkembangan populasi bekantan di Pulau Kaget sekaligus melakukan sosialiasi konservasi bekantan kepada masyarakat sekitar.

Jumat, 13 Desember 2013

Empat Pulau di Barito Kuala Yang Merupakan Habitat Bekantan

Pulau Bakut
Biodiversitas Indonesia - Ada 4 pulau/delta yang ada di sungai Barito dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Barito Kuala yang merupakan habitat Bekantan (Nasalir larvatus). Sayang kondisi beberapa  pulau/delta tersebut cukup memprihatinkan oleh berbagai faktor antara lain pembukaan lahan, penebangan pohon Rambai dan aktifitas manusia lainnya.

1. Pulau Tempurung

Pulau Tempurung adalah sebuah delta yang terletak di tengah-tengah sungai Barito termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Pulau Tempurung terletak bersebelahn dengan pulau Kaget, dekat muara sungai Barito.

Kondisi alam pulau ini cukup kritis karena adanya penebangan pohon, khususnya pohon rambai padi yang merupakan sumber makanan bagi bekantan (Nasalis Larvatus). Bekantan merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan.

Pulau Tempurung merupakan habitat bagi kera hidung panjang (bekantan) dan beberapa jenis burung. Kawasan pulau Kaget juga merupakan salah satu obyek wisata yang berada di dalam kawasan hutan di Kabupaten Barito Kuala.

2. Pulau Kaget

Pulau Kaget adalah sebuah delta yang terletak di tengah-tengah sungai Barito termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Pulau Kaget terletak dekat muara sungai Barito.

Pulau Kaget sudah ditetapkan sebagai cagar alam berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 788/Kptsum11/1976 dengan luas 85 Ha. Kondisi alam pulau ini cukup kritis karena adanya penebangan pohon, khususnya pohon rambai padi yang merupakan sumber makanan bagi bekantan (Nasalis Larvatus). Bekantan merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan.

Pulau Kaget merupakan habitat bagi kera hidung panjang (bekantan) dan beberapa jenis burung. Kawasan pulau Kaget juga merupakan salah satu obyek wisata yang berada di dalam kawasan hutan di Kabupaten Barito Kuala.

Sejak adanya aktifitas pembukaan lahan pertanian oleh warga atau penduduk sekitar, populasi Bekantan di pulau ini menurun drastis. Upaya untuk mereklamasi Rambai (Soneratia caseolaris) mulai membuahkan hasil, kini diperkirakan  ada sekitar 100 ekor Bekantan yang menghuni pulau ini.

3. Pulau Kembang

Pulau Kembang adalah sebuah delta yang terletak di tengah sungai Barito yang termasuk di dalam wilayah administratif kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, provinsi Kalimantan Selatan. Pulau Kembang terletak di sebelah barat Kota Banjarmasin. Pulau Kembang ditetapkan sebagai hutan wisata berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 788/Kptsum12/1976 dengan luas 60 Ha.

Pulau Kembang merupakan habitat bagi kera ekor panjang (monyet) dan beberapa jenis burung. Kawasan pulau Kembang juga merupakan salah satu obyek wisata yang berada di dalam kawasan hutan di Kabupaten Barito Kuala.

Di perkirakan masih ada sekitar 10 ekor Bekantan bertahan di Pulau Kembang. Dengan jumlah tersebut wajar jika pengunjung taman wisata ini jarang melihat satwa pemalu itu. 

4. Pulau Bakut

Pulau Bakut, adalah sebuah pulau kecil/delta yang ada di wilayah administrasi Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Pulau ini berada dialiran sungai barito dan dilintasi oleh salah satu jembatan terpanjang di Indonesia yaitu Jembatan Barito. 

Kawasan ini telah ditunjuk sebagai taman wisata alam melalui keputusan Menteri Kehutanan melalui surat keputusan Nomor 140/kpts-II/2003 pada tanggal 21 April 2003. Luas kawasan ini kurang lebih 18 ha, dengan panjang 700 meter dan lebar 250 meter. Kawasan ini banyak dihuni oleh tumbuhan dan hewan yang adaptif terhadap pasang surut dan merupakan habitat bagi belasan Proboscis Mokey atau Bekantan.


Selasa, 10 Desember 2013

Misi Penyelamatan Bekantan Di Kintap

Biodiversitas Indonesia - Kabar tertangkapnya seekor Bekantan (Proboscis Monkey) berjenis kelamin jantan yang terpisah dari kawananannya pada  Senin (9/12/13) di Kintap Kabupaten Tanah Laut - Kalsel membuat Ambar Pertiwi tidak bisa tidur nyenyak. Kekhawatiran Duta Bekantan tersebut memang beralasan, Nasalis larvatus adalah hewan pemalu dan mudah stres, sedikit saja perlakuan  keliru dapat berakibat fatal bagi satwa endemik ikon Provinsi Kalsel tersebut.

Ambar Pertiwi, Duta bekantan Tiba di Lokasi
Tak ingin berlama-lama, Ambar pun langsung menghubungi Amalia Rezeki, Ketua Biodiversitas Indonesia untuk  membentuk tim penyelamatan Bekantan di Kintap. Sahabat Bekantan adalah salah satu program Lembaga Biodiversitas Indonesia yang memperjuangkan kelestarian "Monyet Belanda" melalui upaya-upaya konservasi dan sosialisasi.
Diskusi dan Sosialiasi dengan warga
Dalam waktu kurang dari 1 x 24 jam akhirnya tim Sahabat Bekantan dipimpin langsung oleh Duta sekaligus Koordinator Sahabat Bekantan Ambar Pertiwi, S.Pd meluncur kelapangan. Didampingi wakil ketua Biodiversitas Indonesia serta rekan dari Impas-B Unlam, Duta Bekantan melakukan sosialisasi sekaligus meminta kepada warga untuk melepas liarkan kembali Bekantan tersebut kealam. 

Menurut penuturan warga, sebenarnya mereka tidak ada niatan menyakiti ataupun memperjual belikan hewan tersebut. Mereka hanya tertarik lantaran belum pernah meliat langsung Bekantan dari jarak dekat. Meski sempat ragu untuk melepaskan kembali karena takut hewan tersebut kembali ditangkap oleh orang lain namun setelah mendapatkan masukan dan sosialisasi dari Tim Sahabat Bekantan mereka akhirnya tidak keberatan. 
Duta Bekantan Berjuang Demi Perlindungan Sang Maskot

Ambar berharap masyarakat bisa lebih peduli dan menyayangi ikon kebanggan Kalsel tersebut. Ia pun mengajak seluruh masyarkat untuk turut mensosialiasikan perlindungan Bekantan baik dari perburuan maupun pengrusakan habitat seperti alih fungsi  dan kebakaran. Kasus yang terjadi kali ini adalah indikasi rusaknya habitat Bekantan sehingga memaksanya keluar untuk mencari makan. "Bantu Kami mensosialisasikan perlindungan Bekantan, karena kalau bukan kita, siapa lagi?". ujar Ambar.

Bekantan (Nasalis larvatus) oleh IUCN Redlist sejak tahun 2000 dimasukkan dalam status konservasi kategori Endangered (Terancam Punah) setelah sebelumnya masuk kategori “Rentan” (Vulnerable; VU). Selain itu Bekantan juga terdaftar pada CITES sebagai Apendix I  artinya hewan ini tidak boleh diperdagangkan secara internasional (mj).


Minggu, 08 Desember 2013

Monyet Bekantan "Proboscis Monkey"

Proboscis Monkey Borneo Indonesia
Bekantan (Nasalis larvatus) selain memiliki bentuk hidung yang unik dimana pejantan memiliki hidung panjang dan relatif besar juga memiliki beberapa fakta lainnya. Bekantan bisa di jumpai di pulau Kalimantan Indonesia.

Bekantan termasuk binatang menyusui (mamalia), makanannya berupa tumbuhan dan terkadang hewan kecil seperti udang, kepting, dan serangga. Dapat tumbuh mencapai 60-70 cm dengan berat bisa mencapai 23 Kg (untuk jantan). Saat ini status perlindungan Bekantan berdasarkan IUCN adalah Endangered atau terancam punah.

Monyet Belanda (sebutan lain untuk Bekantan) memiliki kemampuan berenang yang sangat baik. Selaput diantara jari tangan dan kakinya sangat berguna untuk berenang cepat menghindari salah satu predator utama mereka ketika di air yaitu Buaya.
Terdesak, Bekantan yang keluar dari habitat aslinya  yaitu hutan mangrove

Bekantan merupakan hewan arboreal mereka hidup dan beraktifitas di pohon dan sangat jarang turun ke permukaan tanah. Habitat mereka adalah Hutan Bakau di pesisir,  di sekitar sungai, dan rawa-rawa. Bekantan hidup berkelompok, dalam setiap kelompok ada pejantan dominan yang memimpin. Biasanya dalam kelompok tersebut terdapat dua atau lebih betina dan anak-anak mereka.

Proboscis Monkey juga memakan buah-buahan tetapi tidak buah yang telah matang, mereka hanya memakan buah-buahan mentah. Gula yang terkandung dalam buah yang telah matang dapat mengalami fermentasi dalam perut mereka yang menyebabkan kembung fatal bagi Bekantan. 

Sangat disayangkan Maskot kebanggan Kalimantan Selatan ini kini populasinya semakin menurun. Penyebab utamanya adalah hilangnya habitat mereka yaitu hutan-hutan mangrove dimana pucuk-pucuk pohon, dan makanan lainnya tersedia setiap hari. Kliring hutang mangrove secara merajalelal untuk kepentingan tambak, pelabuhan, pemukiman serta perkebunan kelapa sawit merupakan mimpi buruk bagi "Si Pemalu". 

Fragmentasi dan kerusakan mangrove memaksa Bekantan lebih sering turun ke permukaan bahkan masuk keperkampungan untuk mencari makan. Inilah malapetaka mereka lantaran kurangnya sosialisasi, pemahaman serta kesadaran masyarakat. Ketika Bekantan masuk ke perkebunan warga Ia kerap dianggap sebagai hama dan di musnahkan. Padahal sejatinya hewan malang ini mendapat perhatian dan iba, karena mereka hanya ingin bertahan hidup dan terpaksa mendekati manusia (teks mj/foto.ikhwan)



Jumat, 22 November 2013

Sosialisasi dan Penggalangan Dana Konservasi Bekantan

Sosialisasi "Save Our Mascot" Sahabat Bekantan
Tak ingin menunda-nunda, Sahabat Bekantan yang baru saja dikukuhkan di koordinatori oleh Agustina Ambar Pertiwi langsung take action. Demi mewujudkan misinya menyelamatkan Si Hidung Panjang dari ancaman kepunahan mereka melakoni beragam kegiatan diantaranya kapanye stop perusakan hutan dan Save Our Mascot. 

Selain gencar menyuarakan "Stop Perusakan Habitat Bekantan" melalui media jejaring sosial, Ambar cs juga rela turun ke jalan untuk melakukan penggalangan dana sekaligus sosialisasi "Save Our Mascot". Misalnya seperti yang dilakukan mereka Minggu (17/11) lalu. Rasa lelah harus berkeliling di seputaran Siring depan Mesjid Raya Sabilal Muhtadin rupanya tak menyurutkan semangat mereka memperjuangkan nasib Maskot Kalsel yang semakin memprihatinkan.
Penggalangan Dana Konservasi Bekantan
Berbekal atribut dan media sederhana yaitu maskot Bekantan, ex banner dan kotak donasi mereka menyambangi setiap warga yang sedang parkir di kawasan siring. Sembari memegang kotak donasi, Zainudin salah satu anggota komunitas Sahabat Bekantan didampingi rekan-rekannya menjelaskan program dan tujuan penggalangan dana kepada setiap warga yang mereka temui. Hasilnya cukup positif, terlihat dari banyaknya warga yang tanpa ragu mengisi kotak donasi. Rasa lelah harus berkeliling di seputaran Siring depan Mesjid Raya Sabilal Muhtadin rupanya tak menyurutkan semangat mereka memperjuangkan nasib Maskot Kalsel yang semakin memprihatinkan.
Penggalangan Dana Konservasi untuk Upaya Penyelamatan Bekantan
Jika kaki sudah terasa penat berjalan, mereka pun menyiasatinya dengan sosialisasi di perempatan Traffic Light, agar sosialisasi dan penggalangan dana bisa berjalan bersamaan pembagian peranpun dilakoni. Beberapa orang telah siap dengan kotak donasi masing-masing untuk menghampiri setiap pengendara yang sedang berhenti saat lampu merah menyala, sementara yang lain melakukan sosialisasi.
Penggalangan Dana Konservasi Bekantan
Sebuah pengalaman lucu sekaligus miris menjadi pengalaman pertama perjuangan Komunitas Sahabat Bekantan. Cerita  berawal ketika Ambar dkk akan melakukan sosialisasi dan penggalangan dana di Taman Maskot justru mendapat penolakan oleh petugas keamanan dengan alasan dapat mengganggu pengunjung taman. Sungguh ironis, sebuah komunitas yang mendedikasikan diri berjuang demi sang Maskot  tidak diperkenankan melakukan sosialisasi di Taman Maskot. 


Minggu, 17 November 2013

Sahabat Bekantan

The Launching Program Proboscis or Bekantan Friend
Inauguration of Sahabat Bekantan

In order to assist the government towards protection of Proboscis in South Kalimantan - Center for the Study and Conservation of Biodiversity Indonesia ( Indonesian Biodiversity ) South Kalimantan make the program Sahabat Bekantan or "Friends of the proboscis monkey " with a mission "Save Our Mascot ". The program aims to disseminate to the protection and preservation of Proboscis , Prevention and Stop Poaching and Illegal Trade Proboscis and conservation activities are focused on the island of Bakut - Barito Kuala , South Kalimantan as a center for the study and conservation . For the first time the board was formed on Friday , 15 November 2013 , as follows: 1 . Agustina Ambar Pertiwi , Chief Coordinator , 2 . Muhammad Ilham Farihi , Secretary , 3 . Riezky Hardiyanti , as Treasurer. The Board may establish sections as needed . This stewardship appointed for 2 years and can be reelected.


Inauguration of Sahabat Bekantan