Matinya puluhan satwa Kebun Binatang Surabaya (KBS) dalam beberapa bulan terakhir membuat hati kita miris. Kematian beberapa hewan langka yang bahkan beberapa di antaranya adalah koleksi satu-satunya KBS dimana seharusnya bisa menjadi objek bagi masyakarat untuk melihat dan mengenal satwa tersebut lebih dekat kini sudah tidak ada. Tidak sedikit masyarakat yang mempertanyakan tim pengelola KBS. Banyak pula yang menganggap pengelola kurang serius dalam merawat satwa tersebut dan hanya memikirkan keuntungan semata.
Beruang, salah satu hewan yang menghuni Kebun Binatang Surabaya |
Namun jika kita cermati, kematian hewan-hewan koleksi Kebun Binatang tidak sepenuhnya karena kesalahan pengelola atau petugas Kebun Binatang. Tanpa disadari kerap kali pengunjung turut andil menjadi penyebab kematian bagi satwa-satwa malang tersebut. Perilaku acuh pengunjung terhadap tata tertib di Kebun Binatang, seperti tidak membuang sampah pada tempatnya, tidak memberi makan hewan dengan makanan sembarangan, dan tidak menganggu atau mengagetkan satwa, serta berbagai aturan lain menjadi penyebab kematian mereka.
Kematian Jerapah (Giraffa Camelopardalis Reticulata) di Kebun Binatang Surabaya yang di dalam perutnya ditemukan sekitar 20 kilogram kantong plastik, cukup menjelaskan perlunya menjaga kebersihan Kebun Binatang dari berbagai jenis sampah. Adalah sulit bagi pengelola untuk menjaga seluruh Area Kebun Binatang bebas dari sampah tanpa peran serta dan dukungan setiap pengunjung yang datang. Sampah plastik memang kerap kali dilaporkan menjadi penyebab matinya berbagai spesies hewan sebagai contoh kematian Penyu Hijau (green sea turtle) di lepas pantai Argentina dan kematian spesies Albatros.
Tidak memberi makan hewan di kebun binatang secara sembarangan tidak kalah pentingnya. Petugas Kebun Binatang tentunya telah mengatur dan memberi makan hewan-hewan tersebut sesuai dengan jenis makanan yang tepat. Maksud baik pengunjung untuk memberi makanan tanpa pengetahuan dasar mengenai jenis pakan yang tepat untuk hewan justru dapat berakibat fatal. Sebagai contoh bagi masyarakat awam menganggap Bekantan (Nasalis larvatus) mungkin sama halnya dengan monyet biasa yang menyukai pisang matang atau buah-buahan lainnya. Padahal faktanya, Bekantan tidak memakan buah-buahan matang yang banyak mengandung gula karena dapat membuatnya kembung.
Menjaga ketenangan serta tidak melakukan aktifitas yang dapat mengaggetkan binatang juga tidak kalah pentingnya. Beberapa hewan sangat mudah stress jika dikagetkan atau diperlakukan secara tidak wajar. Hewan yang mengalami stress akan susah makan dan akhirnya perlahan-lahan mati.
Marilah menjadi pengunjung yang bertanggung jawab, dengan turut menjaga kelangsungan satwa-satwa Kebun Binatang dengan mentaati aturan-aturan yang ada. Mari bersama kita dukung Kebun Binatang di Indonesia untuk berbenah sehingga bisa lebih serius dan fokus terhadap perawatan satwa-satwa yang ada. Kita juga berharap pemerintah dan instansi terkait tidak hanya fokus membenahi Kebun Binatang, tetapi juga serius menjaga habitat asli hewan-hewan tersebut dengan tidak mudah memberikan izin kepada perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan alih fungsi hutan (mj).