Amphibian Field Ecology & Taxonomy Worksshop - Prof. Sathyabhama Das Biju - University of Delhi - 13-17 March 2017 ... Biodiversitas Indonesia - ULM mengirim peneliti mudanya Zainuddin.
Rabu, 15 Maret 2017
Amalia Rezeki: Save Proboscis Monkeys, Save Everything!
In Borneo, the island with the oldest rain forests nicknamed the lungs of the world - endangered proboscis monkeys have just found their voice in a local, female ambassador. Gorillas had Dian Fossey, orangutans have Birute Galdikas, chimpanzees have Jane Goodall, and the forth largest primates, the proboscis monkeys, have Amalia Rezeki.
The spokesperson for Sahabat Bekantan Indonesia (SBI), the largest proboscis rehabilitation centre in the world, Amalia is fanatic in her efforts to reshape any false perceptions of the long-nosed monkey - through socialization and weekly appearances in the media. The proboscis monkey has now been made the mascot of her home city of Banjarmasin. Marking the end of the fanatic conservatism of the past, the city's only statue, glowing indigo by night, is a seven meter tall proboscis monkey that spits water into a river.
Amalia spends her days penetrating the shielded public sphere to leave a loaded message of the animals' importance behind in simple, every day language – barbed to be remembered. Quick to kill these great primates like pests, farmers should know that proboscis monkeys have almost no defences, are very timid, endangered, and easy to frighten off. They are also often burnt alive or orphaned in the slashing and burning of Borneo's 140-million-year-old forests for the sewing of cash crops - such as palm oil plantations. Often landowners would rather burn the evidence of endangered species, such as the proboscis monkey or the orangutan, rather than evacuate them.
SBI's campaigns are creative in combating rumours - that eating the monkey's meat will improve stamina, for example. There is also a small population believing a myth that especially evil Dutch colonialists were long ago transformed into proboscis monkeys (note that colonialists wore beige and had long noses, too) – and this kind of slander does not help their plight. It is clear that human ignorance, fantasy, coupled with the primates' own gentle nature, threatens the existence of these handsomely nautical herbivores.
Through the media, SBI's message had already reached the boardwalk community of Teluk Medung when the community discovered tens of proboscis monkeys living on the banks of their riverside settlement. When they contacted SBI for help, Amalia arrived to oversee the animals' relocation to the conservation island of Bakut. In Borneo's economy, to do the right thing - instead of following the usual profit motive – is a deed that should be rewarded. As such, Amalia often brings foreign volunteers from the wildlife rescue centre to spend time with the kids here in the village of Teluk Mendung. The children have met, sung with, been taught by, and received presents from French, German, and Canadian people - all as a result of their conscious decision to draw the line, and stand for the animals.
On the banks of the Barito River these kids await new visitors, ready with a repertoire of songs that Amalia herself has taught them. The time she has invested here is proof that she does not get ahead of herself, but sticks to a ground up approach – albeit under the ambitious slogan:
"Save the proboscis! Save everything!". - David Arthur
Mentri LHK Bersama SBI Lepas Liarkan Lola Amalia
Banjarmasin, (Antaranews Kalsel)- Lola Amalia adalah nama seekor bekantan betina dewasa yang turut dilepas liarkan diantara empat ekor lainnya oleh Menteri LHK, Siti Nurbaya bersama-sama dengan Walikota Banjarmasin, Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Selatan,Ketua Sahabat Bekantan Indonesia dan Bupati Batola, serta disaksikan oleh Direktur Jenderal PPKL, Direktur Jenderal PDASHL, dan Direktur Jenderal PSLB3.
Nama Lola Amalia diberikan oleh ibu Siti Nurbaya sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi Amalia Rezeki selaku ketua Sahabat Bekantan Indonesia, yang selama ini melakukan upaya penyelamatan bekantan di Kalimantan Selatan. Bekantan yang dilepasliarkan terdiri dari jantan dan betina,sebanyak empat ekor. Bekantan tersebut memiliki nama Lucky Boy (jantan usia 7 tahun), Mantuil (betina usia 3.5 tahun), Titik (betina usia 5 tahun), dan Lola Amalia (betina usia 5 tahun).
“ Saya sangat salut dan mengapresiasi bu Amalia Rezeki dari Sahabat Bekantan Indonesia yang telah berupaya membantu melestarikan bekantan di Kalimantan Selatan. Untuk itu salah satu bekantan betina yang akan kita lepas liarkan ini, saya beri nama “ Lola Amalia “, saya ambil dari nama Amalia Rezeki “, jelas ibu Siti Nurbaya ketika akan melakukan pelepas liaran bekantan tersebut.
Bekantan yang dilepasliarkan adalah merupakan hasil upaya penyelamatan (rescue) konflik satwa dengan masyarakat karena adanya alih fungsi lahan,kebakaran hutan dan lahan serta hasil serahan masyarakat Sebelumnya, upaya penyelamatan Bekantan dilakukan oleh Tim Rescue Sahabat Bekantan Indonesia bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan.
Sementara itu Amalia Rezeki merasa terharu, atas pencapaian perjuangan Sahabat Bekantan Indonesia, yang selama 26 tahun sejak ditetapkannya sebagai maskot Kalimantan Selatan, baru sekarang mendapat perhatian khusus, baik dari pemerintah provinsi maupun sampai ketingkat kementrian, dengan ditandai kehadiran bu Mentri LHK pada acara puncak pelepas liaran bekantan di Pulau Bakut – Barito Kuala.
“ Saya sangat terharu dan berterimakasih sekali kepada ibu Siti Nurbaya selaku Menteri LHK dan Jajaran Pemerintah Daerah serta semua stake holder didaerah sampai pusat, yang bersatu padu untuk menyelamatkan serta melestarikan bekantan yang keberadaannya terancam punah, terlebih bekantan adalah merupakan spesies kunci dan endemik Kalimantan “. Tutur Amalia Rezeki yang juga merupakan dosen pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat.
Selanjutnya menurut Amalia Rezeki, SBI selama tahun 2015 dan hingga 2017, sudah sekitar 27 kali melakukan evakuasi bekantan. Sementara yang sudah dilepasliarkan berjumlah 20 ekor, yang sedang dirawat 7 ekor, serta tiga ekor tidak dapat tertolong akibat luka bakar yang cukup serius.Seperti diketahui, bekantan dilindungi berdasarkan Ordonansi Perlindungan Binatang Liar Tahun 1931 No 134 dan No 266 jo UU No 5 Tahun 1990. Berdasarkan lembaga konservasi Internasional, bekantan termasuk dalam daftar merah IUCN Bekantan dikategori terancam, dimana populasi satwa berada diambang kepunahan.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan pada tahun 1987 jumlah populasi bekantan di Pulau Kalimantan masih cukup banyak mencapai 250.000 ekor dan 25.000 ekor berada di kawasan konservasi (MacKinnon,1978). Kemudian menyusut drastis pada tahun 1995, hanya berjumlah sekitar 114.000 ekor dan hanya tersisa 7.500 ekor di kawasan konservasi (Bismark,1995).
Sehingga dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir populasi bekantan di Pulau Kalimantan berkurang sekitar 50 persen. Sedangkan di Kalimantan Selatan melalui penelitian yang dilaksanakan tahun 2013 oleh BKSDA Kalsel hanya berjumlah sekitar 3.600 sampai lima ribu ekor, namun sekarang diperkirakan sudah tidak sampai 2500 ekor lagi.
Langganan:
Postingan (Atom)