Biodiversitas Indonesia - Setelah sekian lama keberadaan Kura-kura Kaki Gajah tidak pernah terlihat dipegunungan Meratus akhirnya pada Kamis (6 Juni 2013) kemaren tim Biodiversitas Indonesia berhasil melacak keberadaanya, Kura Kaki Gajah atau Manouria emys adalah salah satu dari sedikit tortoise atau kura-kura darat terbesar di Asia. Emys dapat tumbuh hingga mencapai panjang sekitar 80cm dengan berat sekitar 37 kilogram. Di Indonesia, kura kura Emys tersebar dari Sumatera hingga Kalimantan. Namun untuk wilayah kalimantan sekarang sangat sulit temukan, terutama kawasan pegunungan Meratus.
![]() |
Kura Kaki Gajah |
Temuan Ekspedisi Meratus dari Biodiversitas Indonesia tersebut merupakan langkah awal yang penting sebagai penyemangat untuk terus melakukan upaya melacak keberadaan Flora dan Fauna Pegunungan Meratus yang saat ini telah menghilang karena berbagai aktifitas dan kegiatan alih fungsi hutan maupun faktor lainnya.
![]() |
Kura Kaki Gajah (Manouria emys) |
“Temuan secara tak sengaja ini cukup menggembirakan bagi Tim
observasi dari Biodiversitas Indonesia. Karena satu lagi kekayaan satwa hutan
meratus ditemukan keberadaannya, apalagi kura-kura raksasa semacam ini adalah
merupakan kura-kura langka dan termasuk juga peninggalan satwa purba ”, jelas
Amalia Rezeki ketua Biodiversitas Indonesia.
![]() |
Feri ketua tim ekspedisi Biodiversitas Indonesia dilokasi penemuan kura-rura raksasa |
Kura-kura emys ini
ditemukan terselib dibalik bebatuan diantara semak belukar diatas gunung pada
ketinggian sekitar 500-600m dpl. Dialam liar memang kura-kura emys menyukai
tempat yang lembab, jadi tak meherankan jika ia biasa menggali lubang dengan
kuku serta kakinya yang kokoh dan kuat untuk dijadikan tempat berteduh dari
panasnya terik matahari. Disamping itu kura-kura emys juga gemar berendam
dikubangan air dangkal. “ Sebenarnya ada dua ekor yang terlihat disekitar hutan
ini, namun yang satunya sudah menghilang, bahkan kami juga pernah menemukan
yang ukuran lebih besar lagi dari yang ada ini dan bisa diduduki oleh orang
dewasa,” tutur Alek lelaki keturunan dayak bukit ini menceritakan
Cerita tentang
keberadaan emys ini membuat Biodiversitas Indonesia akan menyiapkan tim khusus untuk melakukan penelitian lebih lanjut
tetang Manouria emys borneo. Melihat kondisi habitatnya yang mulai terancam
dari perambahan hutan dan desakan pembangunan. Biodiversitas Indonesia
mengharapkan adanya kerjasama dengan pihak terkait untuk melakukan penangkaran.
Karena menurut pengalaman, breeding kura-kura jenis ini tidaklah sulit.
Kura-kura emys bertelur antara 5-10 butir dengan masa eram sekitar 3 bulan. Karena
jika tidak diambil langkah konservasi, khususnya melalui program konservasi ex-situ
dengan penangkaran, maka akan dipastikan lambat laun populasinya akan menyusut,
dikarenakan habitatnya sudah sangat terdesak.
“ Semestinya Kalimantan Selatan sudah waktunya memiliki taman nasional agar
kawasan konservasi lebih terjaga dengan baik,” tutur Amalia Rezeki. (Humas
Biodiversitas Indonesia)
Keren ...kapan ya kalsel punya taman satwa endemik meratus ...
BalasHapusKita berharap ada donatur yang turut peduli dan mau menyumbang untuk pendirian taman satwa endemik Meratus tersebut, atau mungkin Bapak berminat bisa menghubungi tim Biodiversitas Indonesia.
BalasHapus