Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 13 Desember 2013

Empat Pulau di Barito Kuala Yang Merupakan Habitat Bekantan

Pulau Bakut
Biodiversitas Indonesia - Ada 4 pulau/delta yang ada di sungai Barito dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Barito Kuala yang merupakan habitat Bekantan (Nasalir larvatus). Sayang kondisi beberapa  pulau/delta tersebut cukup memprihatinkan oleh berbagai faktor antara lain pembukaan lahan, penebangan pohon Rambai dan aktifitas manusia lainnya.

1. Pulau Tempurung

Pulau Tempurung adalah sebuah delta yang terletak di tengah-tengah sungai Barito termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Pulau Tempurung terletak bersebelahn dengan pulau Kaget, dekat muara sungai Barito.

Kondisi alam pulau ini cukup kritis karena adanya penebangan pohon, khususnya pohon rambai padi yang merupakan sumber makanan bagi bekantan (Nasalis Larvatus). Bekantan merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan.

Pulau Tempurung merupakan habitat bagi kera hidung panjang (bekantan) dan beberapa jenis burung. Kawasan pulau Kaget juga merupakan salah satu obyek wisata yang berada di dalam kawasan hutan di Kabupaten Barito Kuala.

2. Pulau Kaget

Pulau Kaget adalah sebuah delta yang terletak di tengah-tengah sungai Barito termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Pulau Kaget terletak dekat muara sungai Barito.

Pulau Kaget sudah ditetapkan sebagai cagar alam berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 788/Kptsum11/1976 dengan luas 85 Ha. Kondisi alam pulau ini cukup kritis karena adanya penebangan pohon, khususnya pohon rambai padi yang merupakan sumber makanan bagi bekantan (Nasalis Larvatus). Bekantan merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan.

Pulau Kaget merupakan habitat bagi kera hidung panjang (bekantan) dan beberapa jenis burung. Kawasan pulau Kaget juga merupakan salah satu obyek wisata yang berada di dalam kawasan hutan di Kabupaten Barito Kuala.

Sejak adanya aktifitas pembukaan lahan pertanian oleh warga atau penduduk sekitar, populasi Bekantan di pulau ini menurun drastis. Upaya untuk mereklamasi Rambai (Soneratia caseolaris) mulai membuahkan hasil, kini diperkirakan  ada sekitar 100 ekor Bekantan yang menghuni pulau ini.

3. Pulau Kembang

Pulau Kembang adalah sebuah delta yang terletak di tengah sungai Barito yang termasuk di dalam wilayah administratif kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, provinsi Kalimantan Selatan. Pulau Kembang terletak di sebelah barat Kota Banjarmasin. Pulau Kembang ditetapkan sebagai hutan wisata berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 788/Kptsum12/1976 dengan luas 60 Ha.

Pulau Kembang merupakan habitat bagi kera ekor panjang (monyet) dan beberapa jenis burung. Kawasan pulau Kembang juga merupakan salah satu obyek wisata yang berada di dalam kawasan hutan di Kabupaten Barito Kuala.

Di perkirakan masih ada sekitar 10 ekor Bekantan bertahan di Pulau Kembang. Dengan jumlah tersebut wajar jika pengunjung taman wisata ini jarang melihat satwa pemalu itu. 

4. Pulau Bakut

Pulau Bakut, adalah sebuah pulau kecil/delta yang ada di wilayah administrasi Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Pulau ini berada dialiran sungai barito dan dilintasi oleh salah satu jembatan terpanjang di Indonesia yaitu Jembatan Barito. 

Kawasan ini telah ditunjuk sebagai taman wisata alam melalui keputusan Menteri Kehutanan melalui surat keputusan Nomor 140/kpts-II/2003 pada tanggal 21 April 2003. Luas kawasan ini kurang lebih 18 ha, dengan panjang 700 meter dan lebar 250 meter. Kawasan ini banyak dihuni oleh tumbuhan dan hewan yang adaptif terhadap pasang surut dan merupakan habitat bagi belasan Proboscis Mokey atau Bekantan.


Selasa, 10 Desember 2013

Misi Penyelamatan Bekantan Di Kintap

Biodiversitas Indonesia - Kabar tertangkapnya seekor Bekantan (Proboscis Monkey) berjenis kelamin jantan yang terpisah dari kawananannya pada  Senin (9/12/13) di Kintap Kabupaten Tanah Laut - Kalsel membuat Ambar Pertiwi tidak bisa tidur nyenyak. Kekhawatiran Duta Bekantan tersebut memang beralasan, Nasalis larvatus adalah hewan pemalu dan mudah stres, sedikit saja perlakuan  keliru dapat berakibat fatal bagi satwa endemik ikon Provinsi Kalsel tersebut.

Ambar Pertiwi, Duta bekantan Tiba di Lokasi
Tak ingin berlama-lama, Ambar pun langsung menghubungi Amalia Rezeki, Ketua Biodiversitas Indonesia untuk  membentuk tim penyelamatan Bekantan di Kintap. Sahabat Bekantan adalah salah satu program Lembaga Biodiversitas Indonesia yang memperjuangkan kelestarian "Monyet Belanda" melalui upaya-upaya konservasi dan sosialisasi.
Diskusi dan Sosialiasi dengan warga
Dalam waktu kurang dari 1 x 24 jam akhirnya tim Sahabat Bekantan dipimpin langsung oleh Duta sekaligus Koordinator Sahabat Bekantan Ambar Pertiwi, S.Pd meluncur kelapangan. Didampingi wakil ketua Biodiversitas Indonesia serta rekan dari Impas-B Unlam, Duta Bekantan melakukan sosialisasi sekaligus meminta kepada warga untuk melepas liarkan kembali Bekantan tersebut kealam. 

Menurut penuturan warga, sebenarnya mereka tidak ada niatan menyakiti ataupun memperjual belikan hewan tersebut. Mereka hanya tertarik lantaran belum pernah meliat langsung Bekantan dari jarak dekat. Meski sempat ragu untuk melepaskan kembali karena takut hewan tersebut kembali ditangkap oleh orang lain namun setelah mendapatkan masukan dan sosialisasi dari Tim Sahabat Bekantan mereka akhirnya tidak keberatan. 
Duta Bekantan Berjuang Demi Perlindungan Sang Maskot

Ambar berharap masyarakat bisa lebih peduli dan menyayangi ikon kebanggan Kalsel tersebut. Ia pun mengajak seluruh masyarkat untuk turut mensosialiasikan perlindungan Bekantan baik dari perburuan maupun pengrusakan habitat seperti alih fungsi  dan kebakaran. Kasus yang terjadi kali ini adalah indikasi rusaknya habitat Bekantan sehingga memaksanya keluar untuk mencari makan. "Bantu Kami mensosialisasikan perlindungan Bekantan, karena kalau bukan kita, siapa lagi?". ujar Ambar.

Bekantan (Nasalis larvatus) oleh IUCN Redlist sejak tahun 2000 dimasukkan dalam status konservasi kategori Endangered (Terancam Punah) setelah sebelumnya masuk kategori “Rentan” (Vulnerable; VU). Selain itu Bekantan juga terdaftar pada CITES sebagai Apendix I  artinya hewan ini tidak boleh diperdagangkan secara internasional (mj).


Minggu, 08 Desember 2013

Monyet Bekantan "Proboscis Monkey"

Proboscis Monkey Borneo Indonesia
Bekantan (Nasalis larvatus) selain memiliki bentuk hidung yang unik dimana pejantan memiliki hidung panjang dan relatif besar juga memiliki beberapa fakta lainnya. Bekantan bisa di jumpai di pulau Kalimantan Indonesia.

Bekantan termasuk binatang menyusui (mamalia), makanannya berupa tumbuhan dan terkadang hewan kecil seperti udang, kepting, dan serangga. Dapat tumbuh mencapai 60-70 cm dengan berat bisa mencapai 23 Kg (untuk jantan). Saat ini status perlindungan Bekantan berdasarkan IUCN adalah Endangered atau terancam punah.

Monyet Belanda (sebutan lain untuk Bekantan) memiliki kemampuan berenang yang sangat baik. Selaput diantara jari tangan dan kakinya sangat berguna untuk berenang cepat menghindari salah satu predator utama mereka ketika di air yaitu Buaya.
Terdesak, Bekantan yang keluar dari habitat aslinya  yaitu hutan mangrove

Bekantan merupakan hewan arboreal mereka hidup dan beraktifitas di pohon dan sangat jarang turun ke permukaan tanah. Habitat mereka adalah Hutan Bakau di pesisir,  di sekitar sungai, dan rawa-rawa. Bekantan hidup berkelompok, dalam setiap kelompok ada pejantan dominan yang memimpin. Biasanya dalam kelompok tersebut terdapat dua atau lebih betina dan anak-anak mereka.

Proboscis Monkey juga memakan buah-buahan tetapi tidak buah yang telah matang, mereka hanya memakan buah-buahan mentah. Gula yang terkandung dalam buah yang telah matang dapat mengalami fermentasi dalam perut mereka yang menyebabkan kembung fatal bagi Bekantan. 

Sangat disayangkan Maskot kebanggan Kalimantan Selatan ini kini populasinya semakin menurun. Penyebab utamanya adalah hilangnya habitat mereka yaitu hutan-hutan mangrove dimana pucuk-pucuk pohon, dan makanan lainnya tersedia setiap hari. Kliring hutang mangrove secara merajalelal untuk kepentingan tambak, pelabuhan, pemukiman serta perkebunan kelapa sawit merupakan mimpi buruk bagi "Si Pemalu". 

Fragmentasi dan kerusakan mangrove memaksa Bekantan lebih sering turun ke permukaan bahkan masuk keperkampungan untuk mencari makan. Inilah malapetaka mereka lantaran kurangnya sosialisasi, pemahaman serta kesadaran masyarakat. Ketika Bekantan masuk ke perkebunan warga Ia kerap dianggap sebagai hama dan di musnahkan. Padahal sejatinya hewan malang ini mendapat perhatian dan iba, karena mereka hanya ingin bertahan hidup dan terpaksa mendekati manusia (teks mj/foto.ikhwan)



Selasa, 03 Desember 2013

Tanam Pohon Bersama Siswa dan Kader Konservasi SMAN Alalak

Penyerahan Bibit oleh
Amalia Rezeki, Ketua Biodiversitas Indonesia
kepada Kepsek SMAN Alalak
Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) di peringati setiap tanggal 28 November, merupakan momentum yang di gaungkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai salah satu wujud upaya mensukseskan gerakan tanam 1 Milyar Pohon.
Sebagai wujud kepedulian yang sama terhadap lingkungan serta untuk mendukung program yang telah dicanangkan pemerintah, Biodiversitas Indonesia dalam momentum peringatan HMPI bekerja sama dengan salah satu Sekolah Menengah Atas di Handil Bakti, Kecamatan Alalak-Batola menggelar kegiatan tanam pohon. 

Puluhan bibit pohon serta tanaman buah yang diserahkan oleh ketua Biodiversitas Indonesia, Amalia Rezeki di terima langsung oleh kepala sekolah SMAN Alalak yang kemudian ditanam bersama dengan Kader Konservasi dan Siswa sekolah. 
Foto Bersama sebelu kegiatan tanam pohon

Dalam sambutannya ketika serah terima bantuan bibit, Kepala Sekolah SMAN Alalak Drs. Chairun Subhi mengungkapkan sangat bersyukur SMAN Alalak dipilih menjadi tempat penyelenggaraan kegiatan tanam pohon. Menurut beliau, pohon merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia karenanya wajib bagi manusia untuk menjaga, dan memelihara pohon yang ada.

Tanam pohon di Halaman Sekolah

Dikesempatan yang sama Amalia juga mengaku sangat senang dan berterimakasih kepada SMAN Alalak karena telah bersedia meluangkan waktu untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut meski secara sederhana. Ia berharap kedepan antara Biodiversitas Indonesia bisa bekerjasama lebih banyak hal khususnya dalam bidang konservasi.