Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 08 Desember 2013

Monyet Bekantan "Proboscis Monkey"

Proboscis Monkey Borneo Indonesia
Bekantan (Nasalis larvatus) selain memiliki bentuk hidung yang unik dimana pejantan memiliki hidung panjang dan relatif besar juga memiliki beberapa fakta lainnya. Bekantan bisa di jumpai di pulau Kalimantan Indonesia.

Bekantan termasuk binatang menyusui (mamalia), makanannya berupa tumbuhan dan terkadang hewan kecil seperti udang, kepting, dan serangga. Dapat tumbuh mencapai 60-70 cm dengan berat bisa mencapai 23 Kg (untuk jantan). Saat ini status perlindungan Bekantan berdasarkan IUCN adalah Endangered atau terancam punah.

Monyet Belanda (sebutan lain untuk Bekantan) memiliki kemampuan berenang yang sangat baik. Selaput diantara jari tangan dan kakinya sangat berguna untuk berenang cepat menghindari salah satu predator utama mereka ketika di air yaitu Buaya.
Terdesak, Bekantan yang keluar dari habitat aslinya  yaitu hutan mangrove

Bekantan merupakan hewan arboreal mereka hidup dan beraktifitas di pohon dan sangat jarang turun ke permukaan tanah. Habitat mereka adalah Hutan Bakau di pesisir,  di sekitar sungai, dan rawa-rawa. Bekantan hidup berkelompok, dalam setiap kelompok ada pejantan dominan yang memimpin. Biasanya dalam kelompok tersebut terdapat dua atau lebih betina dan anak-anak mereka.

Proboscis Monkey juga memakan buah-buahan tetapi tidak buah yang telah matang, mereka hanya memakan buah-buahan mentah. Gula yang terkandung dalam buah yang telah matang dapat mengalami fermentasi dalam perut mereka yang menyebabkan kembung fatal bagi Bekantan. 

Sangat disayangkan Maskot kebanggan Kalimantan Selatan ini kini populasinya semakin menurun. Penyebab utamanya adalah hilangnya habitat mereka yaitu hutan-hutan mangrove dimana pucuk-pucuk pohon, dan makanan lainnya tersedia setiap hari. Kliring hutang mangrove secara merajalelal untuk kepentingan tambak, pelabuhan, pemukiman serta perkebunan kelapa sawit merupakan mimpi buruk bagi "Si Pemalu". 

Fragmentasi dan kerusakan mangrove memaksa Bekantan lebih sering turun ke permukaan bahkan masuk keperkampungan untuk mencari makan. Inilah malapetaka mereka lantaran kurangnya sosialisasi, pemahaman serta kesadaran masyarakat. Ketika Bekantan masuk ke perkebunan warga Ia kerap dianggap sebagai hama dan di musnahkan. Padahal sejatinya hewan malang ini mendapat perhatian dan iba, karena mereka hanya ingin bertahan hidup dan terpaksa mendekati manusia (teks mj/foto.ikhwan)



0 komentar:

Posting Komentar